Saturday, March 19, 2011

Perlukah Kita Memerangi Mereka?

Beberapa hari yang lalu ada berita mengejutkan ketika markas JIL (Jaringan Islam Liberal) di Utan Kayu,Jakarta Timur mendapatkan kiriman bom buku dari orang yang tidak dikenal. Bom buku tersebut ditujukan kepada aktivis Jaringan Islam Liberal Ulil Abshar Abdallah. Tetapi sialnya polisi yang bertindak kurang hati-hati mencoba menjinakkan bom tersebut dan alhasil empat orang polisi terluka. Selang sehari giliran  aktivis Pemuda Pancasila Yapto Suryosumarno, dan Ketua BNN (Badan Narkotika Nasional) Gories Mere juga dikabarkan menerima paket serupa. Rangkaian bom buku tersebut ternyata tidak terhenti sampai disitu, kabar yang sama diterima dari kediaman musisi Ahmad Dhani yang menerima paket buku berisi bom dan berhasil dijinakkan oleh team Gegana, dan ada kabar bahwa tokoh-tokoh "sampah" yang lain seperti Guntur Romli juga akan menjadi sasaran terorisme serupa.
Spekulasi pun muncul dari berbagai tokoh tentang pemrakarsa pengiriman paket bom buku tersebut serta motivasi dari tindakan teroris tersebut. Ada yang mengaitkan dengan jaringan Abu bakar Baashir, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa rangkaian peristiwa tersebut diprakarsai oleh intelejen profesional. Tentang motivasi pengeboman, menurut Ulil Abshor ketika diwawancari oleh Metro TV pengiriman paket bom tersebut dilatarbelakangi oleh motif politik, wallahu a'lam.
Memang tidak bisa dielakkan, setiap kaum muslimin yang dengan susah payah menegakkan sunnah pasti akan membenci para tokoh sampah tersebut dan tentu saja bukan tanpa alasan mereka membenci dan lebih ekstrim lagi ingin menyingkirkan sampah-sampah tersebut hingga akar-akarnya. Tetapi apakah cara-cara yang dilakukan para teroris itu sesuai dengan yang diajarkan Rasul dan para salafusshalih?
Pertama kita akan kaji dari Al-Qur'an surat Annisaa ayat 59
"wahai orang-orang yang beriman, taatilah  Allah dan Rasul Nya dan Ulul Amri di antara kalian" (An-nisaa ; 59)
Ayat di atas jelas sekali menyuruh kita untuk taat kepada Allah dan Rasul serta Ulul Amri (para pemimpin). Pertama taat kepada Allah, berarti kita harus mentaati apa yang diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur'an, diantaranya dengan mentaati ayat di atas yang berarti kita juga harus mentaati Rasul dan Ulul Amri, karena ayat tersebut memerintahkan demikian. Tindakan terorisme dengan melakukan pengeboman atau dengan cara-cara bathil lainnya jelas sekali dilarang oleh pemerintah sebagai ulul amri, yaitu hukum-hukum pemerintah yang melarang kita melakukan pembunuhan atau tindakan makar.
Yang kedua taat kepada Rasulullah SAW, yaitu menaati apa yang telah disabdakan oleh Rasulullah SAW mengenai sikap umat Islam terhadap penguasa. Seperti pada hadits berikut ini:
“Barangsiapa yang melihat sesuatu yang tidak dia sukai dari penguasanya, maka bersabarlah! Karena barangsiapa yang memisahkan diri dari jamaah sejengkal saja, maka ia akan mati dalam keadaan mati jahiliyyah.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas mengajarkan bagaimana umat Islam harusnya bersikap ketika melihat penguasa kita zalim, yaitu harus bersabar dan tidak boleh memisahkan diri atau melakukan tindakan makar atau melawan pemerintah, seperti demonstrasi atau bahkan melakukan tindakan-tindakan anarkis dan merusak seperti yang dilakukan saudara-saudara kita yang tergabung dalam Front Pembela Islam, mereka ingin memberantas maksiat tapi dengan cara-cara yang bathil dan menyelisihi sunnah Nabi SAW.
Dan juga hadits berikut ini:
Dari Hudzaifah bin Yaman berkata : Rasulullah SAW bersabda :
Akan ada sepeninggalku nanti para pemimpin yang tidak mengambil petunjukku, dan tidak mengambil sunnah dengan sunnahku. Akan muncul (pula) ditengah-tengah kalian orang-orang (dikalangan penguasa) yang hatinya adalah hati syaithan dalam wujud manusia. Aku (Hudzaifah) bertanya : Apa yang harus saya perbuat jika aku mendapatinya? Beliau bersabda : (Hendaknya) kalian mendengar dan taat kepada amir, meskipun dia memukul punggungmu dan merampas hartamu. (Hadits shahih riwayat Muslim dalam Shahihnya no. 1847 (52))
Akan tetapi apabila pemimpin kita menyeru kita pada perbuatan yang mungkar dan maksiat maka wajib bagi kita untuk tidak mentaatinya:
Dari Ibnu Umar ra. berkata : Rasulullah SAW bersabda :
Wajib atas seorang muslim (untuk) mendengar dan taat (kepada pemimpin) pada apa yang ia sukai ataupun yang ia benci, kecuali kalau ia diperintah (untuk) berbuat maksiat, maka tidak ada mendengar dan taat. (HR. Bukhari dan Muslim) 
Selain itu adapula hadits-hadits yang melarang kita untuk membunuh orang kafir yang tidak memerangi kita,yaitu ada tiga golongan orang kafir yang tidak boleh dibunuh:
1.      Kafir dzimmi (orang kafir yang membayar jizyah/upeti yang dipungut tiap tahun sebagai imbalan bolehnya mereka tinggal di negeri kaum muslimin)
2.      Kafir mu’ahad (orang-orang kafir yang telah terjadi kesepakatan antara mereka dan kaum muslimin untuk tidak berperang dalam kurun waktu yang telah disepakati)
3.      Kafir musta’man (orang kafir yang mendapat jaminan keamanan dari kaum muslimin atau sebagian kaum muslimin)
adapun dalil-dalilnya adalah sebagai berikut:
Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS. At Taubah: 29)
“Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui.” (QS. At Taubah: 6)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Barangsiapa membunuh seorang kafir dzimmi, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun. ” (HR. An Nasa’i. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Siapa yang membunuh kafir mu’ahad ia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu tercium dari perjalanan empat puluh tahun.” (HR. Bukhari no. 3166) 
Dari dalil-dalil di atas dapat disimpulkan bahwa serangkaian bom buku yang dialamatkan kepada musuh-musuh Allah (Ulil Abshar dkk) jelas diharamkan, karena sudah jelas dilarang oleh Rasulullah SAW, dan dikatakan tidak akan mencium aroma surga apabila kita melakukannya terhadap orang kafir dzimmi, begitu pula kepada mereka. Tugas kita sebagai umat Islam adalah bersabar dan yang tepenting membentengi diri dan keluarga serta saudara sesama muslim dari pemikiran sesat mereka dengan cara tholabul 'ilmi, karena sudah menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk menuntut ilmu syar'i. Dengan mendalami ilmu syar'i insya Allah kita akan terjauh dari pemikiran-pemikiran sesat mereka, dan menuntut ilmu (syar'i) merupakan bagian dari jihad.
Barang siapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) dengan tujuan mempelajari kebaikan atau mengajarkannya, maka ia laksana orang yang berjihad di jalan Allah Ta’ala. Dan barang siapa yang memasukinya dengan tujuan selain itu, maka ia laksana orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya” (Hadits Hasan diriwayatkan oleh ibnu Hibban)
“Barang siapa yang menempuh satu jalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan mempermudah jalannya menuju surga”. (HR.Muslim)
"menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim (laki-laki maupun perempuan" (HR Ibnu Majah)
Apabila ada kewajiban yang mulia yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, kenapa kita meninggalkannya dan melibatkan diri pada perkara yang haram, yang tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Dengan menuntut ilmu (syar'i) kita bisa memahami hakikat jihad yang sebenarnya, dan memanfaatkan waktu kita untuk beribadah kepada Allah, serta mendakwahkannya agar tidak lagi terjadi kemungkaran dan kesesatan. Sebaliknya melakukan tindakan-tindakan "bodoh" dengan mengatasnamakan jihad yang mengedepankan hawa nafsu adalah perilaku orang-orang khawarij, yang kata Rasulullah SAW adalah killabu ahlinaar (anjing-anjingnya penghuni neraka) yaitu orang yang banyak ibadahnya tetapi pendek akalnya. Dan hal itu tidak pernah memperbaiki keadaan, dan waktu kita hanya dihabiskan untuk hal-hal yang sia-sia, serta apabila kita berurusan dengan pihak berwenang atau bahkan dihukum mati maka kita tidak lagi bisa berdakwah menyebarkan ajaran Rasulullah SAW, serta mati dalam keadaan jahiliyah, na'udzubillah.
Demikianlah mudah-mudahan bermanfaat.
wallahu a'lam






1 comment:

  1. hari minggu ke taman kencana
    disana beli hape android
    bom buku dimana-mana
    bikin orang paranoid

    Read more: http://etikush.blogspot.com/2011/03/pantun-bom-buku.html#ixzz1H2c55UTq

    ReplyDelete